Dahriyang saat itu sedang mencangkul sawah menemukan sebanyak 1.997 keping koin kuno yang ditemukan di area persawahan. Koin kuno itu bertuliskan huruf-huruf Tiongkok sehingga diyakini bahwa koin tersebut adalah peninggalan para pedagang asal Tiongkok yang saat itu datang ke daerah pesisir untuk berdagang, salah satunya di Kabupaten Pekalongan. Berdasarkanbatu nisan kuno yang ditemukan di indonesia diperkirakan agama islam dibawa masuk oleh pedagang dari . gujarat. Baca Juga : Pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan menimbulkan masalah sebagai berikut, kecuali ? Arkeologdari Kantor Arkeologi Sumsel mengidentifikasi empat batu nisan kuno di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (18/1/2022). Empat batu nisan kuno berlafaz Arab tersebut ditemukan di kawasan 16 Ilir Palembang tersebut diduga berasal dari abad 19 sampai 20 pasca Kesultanan Palembang. (FOTO : ANTARA/Nova Wahyudi) MIQOTVol. XXXVI No. 1 Januari-Juni 2012 ISLAMISASI DI SUMATERA UTARA: Studi Tentang Batu Nisan di Kota Rantang dan Barus Suprayitno Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya USU Jl. Universitas No. 19 Kampus USU, Medan 20155 e-mail: praitno@ Manakala membicarakan tentang proses islamisasi di Indonesia, para ahli akan Berdasarkanbatu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia diperkirakan agama Islam dibawa masuk oleh pedagang dari: a. Arab b. Gujarat c. Persia d. Cina e. Turki 2. Tokoh yang berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia adalah: a. Hamka b. Husein Djajadiningrat c. Snouck Hurgronje d. Fatimi e. Krom PALEMBANG Nisan kuno bertuliskan aksara Arab ditemukan oleh pekerja pembuatan drainase saat melakukan penggalian di daerah Pasar 16 Ilir Palembang, Sumatera Selatan.. Penemuan nisan kuno itu diketahui setelah potongan video pekerja yang sedang menggali drainase beredar di berbagai grup WhatsApp. Dalam video berdurasi 19 detik itu, ada dua nisan bertuliskan aksara Arab yang sempat ContohSoal Pilgan Tentang Peninggalan Kerajaan Islam Indonesia 1. Benteng Somba Opu merupakan peninggalan A. Kerajaan Samudera Pasai B. Kerajaan Banten C. Kerajaan Mataram Berdasarkan batu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia diperkirakan agama Islam dibawa masuk oleh pedagang dari. A. Arab B. Persia C. Gujarat D. Turki Enam batu nisan kuno ditemukan dalam penggalian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang. Untuk mengungkap sejarahnya, penelusuran zuriat atau keturunannya perlu dilakukan. Saat ini, enam nisan bertuliskan bahasa Arab Melayu itu masih disimpan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. MakamKuno Nisan Menhir di Kompleks Makam Kuno Raja-Raja Kaitetu. nisan menhir, ada yang berbentuk persegi, raja-raja Hitu pada lokasi ketinggian, selain (Sumber: Dokumen Balar Ambon 2012) ada pula yang berbentuk lonjong, tampak didasarkan pada pengaruh budaya megalitik, seperti batu alamiah tanpa ada proses dimana lokasi ketinggian dianggap EditorAprillia Ika. ACEH UTARA, Sebanyak 13 batu nisan masa kerajaan Samudera Pasai diangkat dari dasar krueng (sungai) Pase, di Desa Murong, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (3/3/2019). Kegiatan penyelaman dan eskavasi dimulai oleh tim Center For Information Of Samudera Pasai Heritage (CISAH)sejak pagi hingga sore. QwMpUBv. Kami ke tempat penemuan nanti malam jam WIB untuk menyaksikan langsung proses pengangkatan kembali nisanSumatera Selatan ANTARA - Arkeolog yang tergabung dalam Tim Ahli Cagar Budaya TACB Palembang, Sumatera Selatan, bakal meneliti lebih lanjut penemuan batu nisan diduga makam kuno zaman Kesultanan Palembang. Batu nisan tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh para pekerja PT Waskita Karya saat melakukan penggalian untuk proyek galian instalasi IPAL di kawasan 16 Ilir, Palembang, pada Rabu 12/1 dan beredar di grup media sosial whatsapp melalui video penemuan berdurasi 19 detik pada Jumat 14/1. Kepala TACB Palembang Retno Purwati di Palembang, Senin, mengatakan berdasarkan hasil rapat yang difasilitasi Dinas Kebudayaan Kota Palembang dan dihadiri oleh pihak PT Waskita Karya, tim arkeolog sudah mendapatkan izin untuk memeriksa batu nisan tersebut. Baca juga Pujakesuma dan Kesultanan Palembang bahas potensi makam raja "Kami ke tempat penemuan nanti malam jam WIB untuk menyaksikan langsung proses pengangkatan kembali nisan, sehingga bisa diperiksa lebih lanjut. Karena nisan itu telah dikuburkan lagi oleh pekerja Waskita untuk langkah pengamanan dan agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," kata Retno yang juga arkeolog dari Kantor Arkeologi Sumatera Selatan. Menurut dia, pihaknya belum melihat secara langsung nisan tersebut sehingga belum dapat memastikan apakah benar batu nisan tersebut merupakan peninggalan zaman Kesultanan Palembang. Baca juga Benteng Kuto Besak masih sebagai pajanganKota Palembang Namun, lanjutnya, berdasarkan bentuk dan tulisan di batu nisan yang dilihatnya dalam video yang beredar dan dicocokkan dengan lokasi penemuan tersebut tidak menutup kemungkinan itu benar memang benda penting dan bersejarah. "Kemungkinan bisa saja benar karena memang lokasi penemuannya di 16 Ilir berada di dekat bekas Keraton Beringin Janggut," imbuhnya. Baca juga Meriam langka dipamerkan di museum Kota Palembang Ia memperkirakan batu nisan tersebut peninggalan masa Gede Ing Suro abad ke-16 dan abad ke-19. Sebab nisan bertipe Demak dan bertulisan menggunakan Aksara Jawi banyak ditemukan di Palembang seperti di Kawah Tengkureb, Kebon Gede dan Sabokingking. "Terlepas nantinya apakah benar nisan itu dari dulunya ada di situ atau proses karena transformasi atau pemindahan baru. Lihat nanti malam, mudah-mudahan cuaca mendukung," kata dia. Baca juga Balai Arkeologi Sumsel teliti pengaruh Hindu Budha pada makam MuslimPewarta Muhammad Riezko Bima ElkoEditor Agus Salim COPYRIGHT © ANTARA 2022 - Semakin hari, politik bikin manusia Indonesia bertindak aneh. Di Bone Bolango, Gorontalo, misalnya, dua kuburan harus dipindahkan gara-gara keluarga jenazah berbeda pilihan caleg dengan pemilik tanah yang masih punya hubungan keluarga. Kasus ini jelas mengoyak rasa kemanusiaan dan menepikan makna penting kuburan dalam jagad kebudayaan Indonesia. Leluhur kita memandang kuburan bukan sekadar gundukan tanah dan tempat menimbun orang mati. Bila kuburan dianggap sepele, tidak mungkin para cendekiawan Jawa masa lampau menelurkan sinonim kuburan lebih dari lima, yakni kramatan, makaman, hastana, pasarean, dan jaratan. Sederet sinonim ini tertuang pada koran Darmo Kondo yang terbit di permulaan abad ke-20, yang saya telusuri di Perpustakaan Nasional lama lantai 8. Catatan yang lebih lawas, Babad Tanah Jawa, juga melukiskan kesakralan makam sebagai pusaka keraton "Betapa sedihnya hati saya bahwa semua pusaka telah diambil oleh putera saya raja Amangkurat Mas. Tetapi, saya tahu bahwa sekalipun semua barang pusaka yang lain pun diambil, namun kalau saja Masjid Demak dan Makam Adilangu tetap ada, maka itu sudah cukup. Hanya dua inilah yang merupakan pusaka sejati Tanah Jawa." Agama dan Makam Saking lekatnya relasi antara agama dengan makam, kakek moyang kita tak segan pula menaruh makam berdekatan dengan ruang sembahyang. Lihat saja di sekitar masjid Kota Gedhe, disemayamkan jasad para peletak dasar kerajaan Mataram Islam, yakni Ki Gede Pemanahan, Panembahan Senapati, dan Sunan Seda ing Krapyak. Selain itu, dijumpai pula makam Sultan Hamengku Buwana II, Pangeran Adipati Pakualam I, serta sejumlah besar makam keluarga raja Mataram lainnya. Dalam struktur ruang Keraton Plered 1625-1677 yang didirikan Sultan Agung, Inajati Andrisijanti dalam Arkeologi Perkotaan Mataram Islam 2001 juga menemukan makam kuno di sebelah barat reruntuhan masjid. Kenyataan ini membuktikan bahwa kombinasi masjid dengan makam menandakan orang Jawa begitu menghormati jasad manusia. Sekalipun raganya sudah berkalang tanah, tapi ruhnya diyakini masih hidup dan membersamai ngemong anak-cucunya dalam menentukan garis nasib di alam nyata. Makam bayi trek-trekan yang bercokol di bekas masjid juga dirawat dengan baik. Realitas ini dapat ditemukan di Kauman, Mangkunegaran Surakarta. Kala tertentu, sebagian orang masih menziarahi makam yang berada di dalam bengkel itu. Penduduk setempat tak berani mengutak-atik, terlebih meratakannya dengan tanah. Diyakini, yang dikubur di sini ialah buah hati Gusti Mangkunegara IV. Keterangan lisan ini ternyata cocok dengan fakta yang tersurat dalam Babad LĂȘlampahanipun RadĂšn Mas Arya GĂŽndakusuma MN IV 1853-1881 “Kala kagungan putra kaping 14 miyos putri, seda sareng kalihan ibu, ing malem Jumuwah Kaliwon, wanci jam 3 tanggal kaping 27 wulan Sapar, ing tahun Jimakir, ongka 1778. Layonipun raden ayu wau kasareaken ing ardi Mangadeg, putrinipun wonten ing Masjid Kauman bebasnya “Ketika melahirkan anak yang ke 14, yang meninggal bersama ibunya, di malam Jumat Kliwon, pukul 3 tanggal 27 bulan Sapar, tahun Jimakir, 1778. Jenazah raden ayu disemayamkan di Ardi Mangadeg, putrinya di Masjid Kauman Ler.” Penggal informasi tersebut menjelaskan bayi yang meninggal kala lahir tidak dimakamkan di kuburan umum, melainkan tak jauh dari tempat tinggal orang tuanya. Dalam pandangan orang Jawa, bayi yang tutup usia ini dianggap masih membutuhkan “bimbingan” orang tua, sehingga tidak bisa dijauhkan dari rumah. Pertanyaannya kemudian, bagaimana strategi agar kuburan tidak hilang atau rata dengan tanah? Tempo dulu, kelompok bangsawan, priyayi, dan wong cilik belum mengenal nisan untuk menandai kuburan supaya tidak hilang, sekaligus membubuhkan nama jenazah bersangkutan. Agar kuburan tidak ditumpuk oleh orang lain maupun lenyap di kemudian hari, cukup diberi penanda batu hitam sederhana atau kijing. Perayaan ngijing alias ritual pemasangan batu dikerjakan oleh keluarga dan harus mengikuti aturan, yakni pada acara nyewu atau peringatan seribu hari meninggalnya orang yang dikubur tersebut. Jika prosesi ngijing nekat dilakukan seketika itu juga atau pada perayaan seratus hari, mereka khawatir tanah kuburan bakal jeglong mencekung lantaran jasad orang yang meninggal belum hancur dan menyatu dengan Akulturasi Kuburan juga jadi medan akulturasi yang ampuh dalam tradisi Nusantara. Nisan sebagai pelengkap kuburan di Indonesia sebenarnya hasil pengaruh dari kebudayaan orang Eropa yang datang ke Nusantara. Dalam Kamus Umum Belanda-Indonesia 2001 anggitan Wojowasito, yang dimaksud batu nisan ialah kata grafzerk “batu kubur/nisan yang dibaringkan di atas makam. Menurut Lilie Suratminto dalam Makna Sosio-Historis Batu Nisan VOC di Batavia 2008, batu nisan ditemukan sepanjang periode VOC berada di Nusantara 1616-1799. Istilah nisan, menurut Dirk van Hinloopen Labberton 1934, seorang amtenar kolonial yang banyak meneliti tradisi Indonesia, berasal dari bahasa Arab "nisyan", yang bermakna tonggak di atas makam Islam. Setelah diusut lebih jauh dalam berbagai kamus Arab, ternyata tiada ditemukan lema nisyan. Memang tidak dikenal terminologi nisan dalam budaya Arab. Orang yang dikebumikan lazimnya tidak dikasih tanda batu nisan laiknya di Indonesia. Muncul dua penafsiran atas istilah nisan. Pertama, “nisan” merupakan turunan kata nasiya “lupa” kata kerja, sementara kata bendanya nasyanaan atau nisyaanan. Ringkasnya, biar tidak lupa pada makam yang wafat, ditaruh tanda nasyaanan nisyaanan. Tafsir kedua, lema nisan bermuasal dari kata al insan manusia’, sebab antara kata insan dan nisyaanan begitu dekat. Terdapat ungkapan dalam bahasa Arab Summiyal insanu li nisyanihi. Artinya, Dia dikatakan manusia lantaran bersifat lupa. Selarik ungkapan lainnya Al insan mahallul khatta’ wa nisyan. Kalimat tersebut memuat arti bahwa manusia itu memiliki kecenderungan salah dan lupa. Infografik Makam Bila kita cermati, tampaknya tafsir terakhir lebih mendekati kebenaran, yakni kata “nisan” bermula dari kata insan, lantas berubah menjadi “nisan”. Perubahan itu diduga kuat lantaran adanya gejala bahasa metatesis, yaitu perubahan letak huruf, bunyi, atau suku kata dalam kata. Semisal, riwa-riwi bersalin menjadi wira-wiri, dan rontal bersalin lontar. Demikian pula sangat mungkin perubahan letak i dan n dalam insan dan nisan. Dari kilas balik ini, kita disadarkan bahwa kuburan komplit dengan nisan maupun kijing bukan sekadar penanda identitas dan status sosial orang yang dikubur, tapi juga bentuk penghormatan manusia yang hidup kepada mereka yang telah meninggal. Sepanjang sejarah, kuburan hampir tidak pernah dikorbankan dalam jagat politik dan dirusak. Banyak orang takut kualat jika bertindak demikian. Makam justru dirawat melalui tradisi budaya nyadran yang mewarisi sisa kepercayaan animisme-dinamisme. Ringkasnya, ritual nyadran bukanlah ajang hura-hura atau berbau klenik, namun mengingatkan akan kematian dan memosisikan kuburan sebagai bukti sejarah. Di samping berpotensi untuk obyek wisata religi, kuburan dan batu nisan mampu meronce tali sejarah keluarga agar tidak terhapus dalam ingatan generasi sesudahnya. Barangkali hanya di Indonesia, kuburan masih saja kena imbas perpecahan politik.==========Heri Priyatmoko adalah dosen sejarah di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan pendiri Solo Societeit. - Sosial Budaya Penulis Heri PriyatmokoEditor Ivan Aulia Ahsan Contoh Soal Pilgan Tentang Peninggalan Kerajaan Islam Indonesia 1. Benteng Somba Opu merupakan peninggalan...A. Kerajaan Samudera PasaiB. Kerajaan BantenC. Kerajaan MataramD. Kerajaan Makasar2. Masjid Baiturahhman merupakan peninggalan...A. Kerajaan Samudera PasaiB. Kerajaan AcehC. Kerajaan MataramD. Kerajaan Makasar3. Bukti awal masuknya Islam di Jawa adalah ditemukannya makam..A. Maulana Malik IbrahimB. Fatimah Binti MaimunC. Sultan Malik al-SalehD. TrowulanE. Sunan Ampel4. Berdasarkan batu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia diperkirakan agama Islam dibawa masuk oleh pedagang dari....A. ArabB. PersiaC. GujaratD. TurkiE. Cina5. Pada abad ke-7 M sudah ada permukiman orang Arab di Barus menurut catatan.....A. MahuanB. MarcopoloC. Tome PiresD. Dinasti TangE. Chengho6. Makam muslim yang ada di Kerajaan Majapahit terdapat di....A. LeranB. TrowulanC. GresikD. TralayaE. Trowulan dan Tralaya7. Makam sunan Bonang ada di kota ...A. TubanB. SurabayaC. SemarangD. Gresik8. Masjid Agung Banten didirikan oleh ...A. Maulana HasanuddinB. Maulana Malik IbrahimC. Maulana Makdum IbrahimD. Raden Syahid9. Berikut ini yang merupakan peninggalan kerajaan Demak adalah ...A. Masjid Sunan AmpelB. Meriam Kiai AmokC. Masjid KudusD. Tombak Selopuro10. Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan pada masa pemerintahan ...A. Pangeran HajiB. Sunan Gunung JatiC. Pangeran CakrabuanaD. Raden FatahKunci Jawaban1. D. Kerajaan Makasar2. B. Kerajaan Aceh3. B. Fatimah Binti Maimun4. C. Gujarat5. D. Dinasti Tang6. A. Leran7. A. Tuban8. A. Maulana Hasanuddin9. B. Meriam Kiai Amok10. C. Pangeran Cakrabuana